KHOTBAH Pdt. Riko Sasyrawan, S.Th. Hidup Dalam Perjanjian Baru: Dipimpin Oleh Roh Kudus, Bukan Hanya Huruf Hukum

Tabgsel - Nf28.blog.com. Gereja Teberias Indonesia, Bintaro – Minggu, 15 Juni 2025. Dalam ibadah Minggu siang yang dilangsungkan di Gereja Teberias Indonesia Bintaro, Pdt. Riko Sasyrawan, S.Th. menyampaikan pesan yang kuat dan membangun dengan tema: “Hidup dalam Perjanjian Baru: Dipimpin oleh Roh Kudus, bukan hanya Huruf Hukum.”

Khotbah ini menegaskan bahwa keselamatan dalam Yesus Kristus membawa umat percaya masuk ke dalam perjanjian yang baru, sebuah relasi yang bukan lagi ditandai oleh hukum tertulis semata, melainkan oleh hukum yang ditanamkan Roh Kudus dalam hati.

"Dalam perjanjian ini, hukum Allah tidak lagi tertulis di atas loh batu, tetapi ditulis dalam batin kita, seperti nubuat dalam Yeremia 31:33,” terang Pdt. Riko, sambil mengutip:

“Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka...”

Iman, Bukan Sekadar Tradisi

Pdt. Riko juga mengajak jemaat untuk memahami bahwa keselamatan bukan milik eksklusif satu bangsa, tetapi kini terbuka bagi semua orang—baik Yahudi maupun non-Yahudi—yang percaya kepada Kristus. Mengutip Galatia 3:28–29, beliau menegaskan:

"Tidak ada lagi sekat-sekat duniawi dalam Kristus. Semua yang percaya adalah keturunan Abraham dan ahli waris janji.”

Dengan itu, umat Perjanjian Baru tidak lagi hidup menurut huruf hukum yang membunuh, melainkan hidup dalam Hukum Roh, yang memberi hidup, membentuk karakter, dan menghasilkan buah-buah Roh Kudus.

Belajar Peka dan Taat kepada Roh Kudus

“Jangan jalani hidup hanya berdasarkan logika atau rutinitas agama,” pesan Pdt. Riko. “Latihlah kepekaan akan pimpinan Roh Kudus. Dalam dialah kita menemukan kekuatan, penghiburan, dan arah hidup yang sejati.”

Ia juga menegaskan bahwa mukjizat bukanlah inti dari iman, tetapi pengenalan akan Tuhan dan ketaatan kepada Firman-Nya adalah dasar yang teguh. Di situlah kuasa Tuhan bekerja dengan cara yang tak terbatas oleh tempat, tradisi, bahkan situasi.

"Semoga siapa pun yang rindu bertu


mbuh, entah di Jakarta atau daerah-daerah lain, diberi kesempatan untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus,” tuturnya.

Dari Padang Gurun ke Tanah Perjanjian: Taat Saat Belum Mengerti

Khotbah minggu ini membawa jemaat menyelami peristiwa penting dalam Yosua 5:10-12, yaitu saat bangsa Israel berhenti menerima manna dan mulai memakan hasil dari negeri perjanjian. Momentum ini bukan sekadar peralihan sumber makanan, tetapi juga penegasan bahwa ketaatan dan ketekunan akan selalu disusul oleh penggenapan janji Tuhan.

"Mereka merayakan Paskah di Gilgal, makan hasil negeri itu, lalu berhentilah manna. Ini pesan kuat bahwa ketika kita taat dan berjalan dalam panggilan Tuhan, bahkan di tengah ketidakmengertian, Tuhan sendiri yang akan menyediakan hasilnya,” jelas Pdt. Riko.

Makna Mendalam:

1. Paskah dirayakan → Ketaatan akan perintah Allah

2. Roti tak beragi & gandum → Peralihan dari mujizat harian ke tanggung jawab penuh

3. Manna berhenti → Tanda kedewasaan rohani & hidup mandiri dalam iman

"Tuhan tidak mau kita terus bergantung pada roti dari langit. Ada waktunya kita panen dari tanah perjanjian. Tapi perhatikan: tanah perjanjian bukan bebas masalah. Namun di sanalah hasil nyata ada," ujarnya.

Pdt. Riko S kemudian mengajak jemaat merenungkan Ulangan 6:10–12, ayat penting yang mengingatkan bahwa berkat besar bisa menjadi jebakan jika membuat kita lupa Tuhan.

"Berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN..." (Ul. 6:12)

Allah akan membawa umat-Nya ke: Kota-kota besar yang tidak mereka dirikan,

Rumah-rumah penuh barang baik yang tidak mereka isi,

Sumur yang tidak mereka gali,

Kebun anggur dan kebun zaitun yang tidak mereka tanam.

Tapi Tuhan mengingatkan: jangan sampai kenyamanan membuat umat melupakan sumber berkat itu sendiri.

"Ketika persoalan belum selesai, kita menangis dan berseru. Tapi setelah diberkati, jangan melupakan pelayanan, jangan melupakan Firman,” seru beliau dengan ketegasan kasih.

Aplikasi bagi orang Percaya

Pdt. Riko Sasyrawan S.Th. menegaskan bahwa berkat bukan sekadar hasil kerja keras, tetapi juga hasil dari ketaatan kepada perintah Tuhan—bahkan ketika belum masuk akal.

"Banyak orang hari ini ingin mujizat, ingin cepat. Tapi di tengah padang gurun Tuhan sudah kasih hukum, kasih perintah. Maka kerjakan dulu. Nanti saat kita sampai ke tanah perjanjian, hasil itu akan datang sendiri.”

Pesan utamanya:

✅ Taat dulu, baru mengerti.

✅ Jangan lupa Tuhan saat kenyang.

✅ Jangan berhenti memberkati saat diberkati.

✅ Latih kepekaan kepada Roh Kudus, karena hukum kini bukan tertulis di batu, tetapi di dalam hati (Yeremia 31:33).

Panggilan Umat Perjanjian Baru

“Sekarang bukan zaman hukum Taurat lagi. Kita umat perjanjian baru. Roh Kudus tinggal di hati kita. Kita adalah imamat yang rajani, baik pria maupun wanita. Jadi mari kita jalani iman bukan cuma untuk terima mujizat, tapi untuk hidup dalam kebenaran dan kasih karunia,” pungkas Pdt. Riko Sasyrawan,S.Th..

Pujian Penuh Iman dan Penyerahan

Ibadah ditutup dengan pujian yang menyentuh hati jemaat dan menjadi deklarasi iman dalam kelemahan:

"Di dalam kelemahanku, sempurna kuasa-Mu. Hebatnya tantanganku, lebih hebat Tuhanku. Ku berserah kepada-Mu, pembuat mukjizat sejati. Yang pegang hidupku, yang buka jalan bagiku...”

Dalam suasana hadirat Tuhan yang kuat, jemaat diajak kembali memusatkan hidup mereka kepada Tuhan yang hidup, yang membelah laut, meneduhkan badai, dan terus bekerja secara nyata di tengah umat-Nya.

Khotbah ini menegaskan bahwa keselamatan dalam Yesus Kristus membawa umat percaya masuk ke dalam perjanjian yang baru, sebuah relasi yang bukan lagi ditandai oleh hukum tertulis semata, melainkan oleh hukum yang ditanamkan Roh Kudus dalam hati.

"Dalam perjanjian ini, hukum Allah tidak lagi tertulis di atas loh batu, tetapi ditulis dalam batin kita, seperti nubuat dalam Yeremia 31:33,” terang Pdt. Riko, sambil mengutip:

“Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka...”

Iman, Bukan Sekadar Tradisi

Pdt. Riko juga mengajak jemaat untuk memahami bahwa keselamatan bukan milik eksklusif satu bangsa, tetapi kini terbuka bagi semua orang—baik Yahudi maupun non-Yahudi—yang percaya kepada Kristus. Mengutip Galatia 3:28–29, beliau menegaskan:

"Tidak ada lagi sekat-sekat duniawi dalam Kristus. Semua yang percaya adalah keturunan Abraham dan ahli waris janji.”

Dengan itu, umat Perjanjian Baru tidak lagi hidup menurut huruf hukum yang membunuh, melainkan hidup dalam Hukum Roh, yang memberi hidup, membentuk karakter, dan menghasilkan buah-buah Roh Kudus.

Belajar Peka dan Taat kepada Roh Kudus

“Jangan jalani hidup hanya berdasarkan logika atau rutinitas agama,” pesan Pdt. Riko. “Latihlah kepekaan akan pimpinan Roh Kudus. Dalam dialah kita menemukan kekuatan, penghiburan, dan arah hidup yang sejati.”

Ia juga menegaskan bahwa mukjizat bukanlah inti dari iman, tetapi pengenalan akan Tuhan dan ketaatan kepada Firman-Nya adalah dasar yang teguh. Di situlah kuasa Tuhan bekerja dengan cara yang tak terbatas oleh tempat, tradisi, bahkan situasi.

"Semoga siapa pun yang rindu bertumbuh, entah di Jakarta atau daerah-daerah lain, diberi kesempatan untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus,” tutupnya.

Pujian Penuh Iman dan Penyerahan

Ibadah ditutup dengan pujian yang menyentuh hati jemaat dan menjadi deklarasi iman dalam kelemahan:

"Di dalam kelemahanku, sempurna kuasa-Mu. Hebatnya tantanganku, lebih hebat Tuhanku. Ku berserah kepada-Mu, pembuat mukjizat sejati. Yang pegang hidupku, yang buka jalan bagiku...”

Dalam suasana hadirat Tuhan yang kuat, jemaat diajak kembali memusatkan hidup mereka kepada Tuhan yang hidup, yang membelah laut, meneduhkan badai, dan terus bekerja secara nyata di tengah umat-Nya.


Jurnalis: Suwidodo

Comments

Popular posts from this blog

Kotbah Pdt. Markus Tan: "Menciptakan dan Menebus" di Gereja Tiberias Bintaro

Bangun Sinergitas Pelayanan yang Solid, Ely Salat bertemu Pdt. Bambang

Sinode Gereja Bethany Indonesia Sukses Mentahbiskan Ketum MPS yang baru melalui Sidang Istimewa