PEMBENTUKAN KOPERASI PEWARNA INDONESIA DIAWALI IBADAH DI GPDI TEBET UTARA

Jakarta, 15 Nafiri 98.com – Dalam suasana penuh syukur, pembentukan Koperasi Pewarna Indonesia diawali dengan ibadah yang berlangsung di GPdI Tebet Utara, No. 23, Kota Jakarta Selatan, pada hari Sabtu (15/3/2025).

Ibadah ini membawa renungan tentang Musa yang tegar tengkuk, yang dalam perjalanan hidupnya sering kali memiliki keinginan sendiri. Kisah Musa memukul batu karang kehidupan menggambarkan bagaimana manusia terkadang mendalihkan kehendaknya sendiri atas rencana Tuhan. Renungan ini mengingatkan setiap hadirin akan pentingnya ketaatan dan kebergantungan kepada Tuhan dalam setiap langkah, termasuk dalam membangun koperasi ini.

Ibadah berlangsung khusyuk dengan diiringi pujian "Oh Tuhan, Pakailah Hidupku Selagi Masih Kuat", yang meneguhkan tekad para peserta untuk menjalani visi koperasi ini dengan semangat melayani dan bekerja sama.

Acara kemudian dilanjutkan dengan agenda resmi pembentukan Koperasi Pewarna Indonesia, yang dihadiri oleh berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap kemajuan ekonomi bersama. Koperasi ini diharapkan menjadi wadah bagi anggotanya untuk saling mendukung, meningkatkan kesejahteraan, serta menjalankan usaha berbasis prinsip kekeluargaan dan gotong royong.

Dengan dimulainya koperasi ini, para anggota berkomitmen untuk membangun usaha yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga membawa dampak positif bagi komunitas dan bangsa. Semoga Koperasi Pewarna Indonesia berkembang dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Musa dan Batu Karang: Ketegaran yang Menguji Ketaatan

 Peristiwa dalam kitab Keluaran mengenai Musa yang memukul batu karang mencerminkan ketegaran dan keinginan sendiri, sebuah sikap yang sering menjadi tantangan bagi kepemimpinan. Hal ini selaras dengan dinamika yang terjadi di GPdI Tebet Utara 1 No. 23, Kota Jakarta Selatan, pada hari Sabtu, (15/32025).

Dalam ibadah yang berlangsung, pesan mengenai Musa yang disebut sebagai "tegar tengkuk" mengemuka. Musa, dalam perjalanannya memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, menghadapi banyak tekanan. Saat umat bersungut-sungut karena kehausan, Tuhan memerintahkannya berbicara kepada batu karang agar mengeluarkan air. Namun, Musa justru memukul batu itu, seolah mengambil kendali sendiri atas mukjizat yang seharusnya hanya berasal dari Tuhan.

Kejadian ini menjadi refleksi mendalam bagi jemaat para peserta yang hadir. Dalam kehidupan rohani dan organisasi gereja, ada kecenderungan manusia untuk bertindak berdasarkan kehendak sendiri daripada taat sepenuhnya pada Tuhan. Ketegaran hati bisa menjadi penghalang untuk menerima rencana ilahi.

Seperti Musa yang kehilangan haknya memasuki Tanah Perjanjian karena tindakannya, demikian pula dalam perjalanan iman, setiap keputusan yang diambil harus selaras dengan kehendak Tuhan, bukan sekadar dorongan pribadi. Firman yang disampaikan di GPdI Tebet Utara 1 pada hari itu menjadi pengingat bahwa dalam menghadapi tantangan hidup, ketaatan lebih utama daripada mengandalkan kekuatan sendiri.

Ketika Musa memukul batu untuk mengeluarkan air (Bilangan 20:1-13), ia bertindak berdasarkan emosinya dan bukan atas perintah Tuhan secara langsung. Tuhan memerintahkan Musa untuk berbicara kepada batu, tetapi Musa memukulnya dua kali dengan tongkatnya.

Tindakan ini bisa menggambarkan "tegar tengkuk" dalam arti memiliki kehendak sendiri yang tidak sepenuhnya tunduk pada perintah Tuhan. Seolah-olah Musa mengandalkan pengalaman dan cara lamanya, bukan ketaatan penuh pada Tuhan.

Di sini, Musa tampak seperti:

1. Menggunakan cara lama yang berhasil sebelumnya (Keluaran 17:6, saat pertama kali Tuhan memerintahkannya memukul batu).

2. Tindakan emosional akibat kemarahan kepada bangsa Israel yang terus mengeluh.

3. Seakan mengambil kendali seolah-olah mujizat terjadi karena tindakannya, bukan semata-mata kuasa Tuhan.

Akibatnya, Tuhan menghukum Musa dengan tidak mengizinkannya masuk ke Tanah Perjanjian, karena tindakannya menunjukkan kurangnya iman dan penghormatan kepada Tuhan di hadapan umat Israel.

Kisah ini bisa menjadi pelajaran bahwa meskipun seseorang dipilih dan dipakai Tuhan, ketaatan penuh tetap diperlukan, dan mengandalkan hikmat sendiri bisa berakibat fatal.

(Red)

Comments

Popular posts from this blog

Berita Ibadah Bulanan "PD. Imanuel Bintaro"

Sinode Gereja Bethany Indonesia Sukses Mentahbiskan Ketum MPS yang baru melalui Sidang Istimewa

Kotbah Pdt. Markus Tan: "Menciptakan dan Menebus" di Gereja Tiberias Bintaro